

Menilik riwayatnya sejak pertama kali sohor menjadi pelatih pada 2002, Mourinho seakan dihantui oleh sebuah sindrom. Ada saja masalah pelik yang harus manajer asal Portugal tersebut hadapi ketika menangani sebuah klub pada musim ketiga.
Hal tersebut bisa dilihat jelas dari karier The Special One. Beberapa di antaranya berujung dengan akhir yang tak mengenakkan.
Wajar jika para suporter Manchester United mulai cemas dengan nasib tim kesayangannya di tangan Jose Mourinho. Apalagi, persaingan di Premier League diprediksi akan sangat ketat dengan berdatangannya pemain-pemain top ke beberapa klub rival.
Berikut ini adalah sindrom musim ketiga Jose Mourinho bersama klub-klub yang pernah ditanganinya:
PORTO: 2002-2004 |
[caption id="attachment_141471" align="alignleft" width="357"]

Karier Jose Mourinho sebagai pelatih meroket sejak mendapat kepercayaan menukangi FC Porto pada Januari 2002. Pria yang kini berusia 55 tahun itu menjadi pengganti Octavio Machado dan langsung membawa Do Dragao yang sempat terseok-seok finis di posisi ketiga klasemen akhir Liga Portugal.
Porto baru menuai hasil dari tangan dingin Mourinho pada musim 2002-03. Klub raksasa Portugal itu berhasil menyapu bersih semua trofi dari kompetisi domestik (kecuali Piala Super Portugal karena tidak berpartisipasi). selain itu, mereka juga berhasil menjuarai Piala UEFA (kini Liga Europa) pada Mei 2003.
Puncaknya, Mourinho melengkapi kesuksesan Porto menjuarai Liga Portugal dan Piala Super Portugal dengan raihan trofi Liga Champions. Setelah itu, dia memutuskan hengkang ke Chelsea.
CHELSEA: 2004-2007 |
[caption id="attachment_141473" align="alignright" width="357"]

Mourinho menginjakkan kaki di Inggris dengan kepercayaan diri yang sangat tinggi. Dalam konfrensi awal sebagai manajer Chelsea, dia langsung menyebut dirinya sebagai The Special One. Selama tiga musim menukangi The Blues, pria yang kerap disapa Mou mengoleksi tujuh trofi.
Maklum, Mourinho berlabuh di Stamford Bridge dengan predikat pelatih yang baru saja membawa Porto menjuarai Liga Champions untuk pertama kali dalam sejarah. Dia pun membuktikan dirinya tak asal bicara.
Bersama Mourinho, Chelsea langsung menjuarai Premier League dengan 95 poin yang menjadi rekor perolehan tertinggi. The Blues memastikan 29 kemenangan dan hanya kebobolan 15 kali sepanjang musim 2004-05.
Chelsea berhasil mempertahankan gelar juara Premier League pada musim berikutnya. Frank Lampard dan rekan-rekan finis di posisi teratas klasemen akhir dengan keunggulan 18 poin atas pesaing terdekat, Manchester United.
Masalah mulai muncul pada musim ketiga Mourinho di Stamford Bridge. Isu tidak sedap perihal hubungan buruk dia dengan pemilik Chelsea, Roman Abramovich, muncul dan mengganggu stabilitas performa tim. Kendati demikian, mereka masih mampu merengkuh trofi Piala FA dan Piala Liga meski hanya menjadi runner-up liga.
Satu bulan setelah menjalani musim keempat atau pada Septembher 2007, Mourinho harus mengakhiri perjalanan indah bersama Chelsea. Abramovich memutuskan untuk mendepak salah satu manajer tersukses dalam sejarah klubnya tersebut.
INTER MILAN: 2008-2010 |
[caption id="attachment_105759" align="alignleft" width="357"]

Selain FC Porto, musim ketiga Mourinho sebagai pelatih sebuah klub juga berujung manis ketika memimpin armada Inter Milan. The Special One langsung mempersembahkan trofi Serie A.
Kubu Inter kian mengelu-elukan nama Mourinho. Itu terjadi ketika dirinya membawa Javier Zanetti dan rekan-rekan merengkuh treble winners dengan menjuarai Liga Champions pada musim 2009-10.
Setelah itu, Mourinho berpamitan dan menyudahi petualangannya bersama I Nerazzurri. Suasana haru mengiringi kepergian dia dari Giuseppe Meazza dan tangis sejumlah pemain, salah satunya adalah Marco Materazzi.
REAL MADRID: 2010-2013 |
[caption id="attachment_141477" align="alignright" width="357"]

Pascahengkang dari Inter Milan, Jose Mourinho melanjutkan karier kepelatihannya bersama Real Madrid. Pada musim perdananya, dia membawa Los Blancos merengkuh trofi Copa del Rey.
Pada musim keduanya di Santiago Bernabeu atau 2011-12, Mourinho berhasil memutus dominasi Barcelona di Divisi Primera. Sejak 2008-09, El Barca selalu berhasil memupus asa Madrid untuk menjuarai liga.
Musim 2012-13 menjadi mimpi buruk bagi Mourinho. Madrid gagal mempertahankan juara Divisi Primera yang kembali ke pangkuan Barcelona. Selain itu, Los Blancos takluk dari Atletico Madrid dalam final Copa del Rey. Itu menjadi kekalahan pertama mereka dalam derby melawan Los Rojiblancos dalam 14 tahun terakhir. Cristiano Ronaldo dan rekan-rekan mengakhiri musim dengan tangan hampa.
Mourinho akhirnya memilih mundur dari kursi pelatih Madrid dan kembali menerima tawaran melatih Chelsea.
CHELSEA: 2014-2016 |
[caption id="attachment_141479" align="alignleft" width="357"]

Jose Mourinho kembali ke Chelsea untuk kedua kalinya. Meski sempat meramaikan persaingan juara, The Blues harus puas finis di posisi ketiga klasemen akhir Premier League musim 2013-14.
Semusim berselang, Mourinho sukses memberi gelar juara Premier League kepada Chelsea. Selain itu, the Blues sukses memenangi Piala Liga.
Performa Chelsea anjlok pada musim ketiga bersama Mourinho. Mereka menelan sembilan kekalahan dan hanya menang empat kali dalam 16 laga awal pada musim 2015-16. Bahkan, klub asal London tersebut sempat terjun bebas ke papan bawah klasemen.
Untuk kedua kalinya, Mourinho mendapatkan surat pemecatan dari manajemen Chelsea. Belum lagi, dia sempat menghadapi tuntutan hukum dari dokter tim, Eva Carneiro, yang sempat bersitegang dengan dirinya.
MANCHESTER UNITED: 2016-SEKARANG |
[caption id="attachment_92625" align="alignright" width="357"]

Manchester United mendapuk Jose Mourinho sebagai suksesor Louis van Gaal pada 2016. Harapannya, prestasi Setan Merah kembali mengesankan dan mampu menjuarai Premier League.
The Special One sempat memberikan optimisme yang cukup tinggi bagi Man. United. Pada musim perdana, dia membawa Setan Merah meraih trofi Community Shield, Piala Liga dan Liga Europa.
Akan tetapi, untuk pertama kali dalam karier kepelatihannya, Mourinho nirgelar bersama klub besutannya pada musim kedua. Predikat runner-up liga pun tentu belum sesuai ekspektasi manajemen.
Serangkaian hasil buruk mewarnai sepak terjang Man. United di International Champions Cup (ICC) 2018. Memang itu hanya turnamen pramusim, namun kekhawatiran mulai muncul.
Mourinho menghadapi beberapa tantangan jelang bergulirnya musim 2018-19. Man. United harus menjalani awal musim tanpa Nemanja Matic, Chris Smalling, Luke Shaw, Antonio Valencia dan Ander Herrera akibat cedera.
Arsitek asal Portugal itu pun mengeluhkan langkah bisnis Manchester United di bursa transfer musim panas 2018. Dia belum puas walaupun telah mendaratkan sejumlah pemain anyar, seperti Fred dan Diego Dalot.
Padahal, klub-klub lain menunjukkan manuver yang cukup agresif di bursa transfer musim panas 2018. Manchester City menebus bintang Leicester City, Riyad Mahrez, sedangkan Chelsea mendatangkan gelandang Napoli, Jorginho.
Tentunya, para suporter Man. United masih menaruh harapan kepada sang manajer untuk memberi senyum di wajah ketika tim kesayangannya mengakhiri musim 2018-19 dengan prestasi. Trofi Premier League bisa kembali singgah di Old Trafford untuk pertama kalinya sejak 2013.
Meski begitu, tidak ada garansi harapan mereka bisa terwujud. Itu tidak lepas dari kegagalan Mourinho pada musim ketiganya ketika dua kali melatih Chelsea dan bersama Real Madrid pada 2010-2013.
Sindrom Musim Ketiga Mourinho Hantui Man. United
#JoseMourinho #ManchesterUnited #PremierLeague
Komentar
Posting Komentar